Jumat, 17 April 2015

Gadget dan Problem Komunikasi di Dalam Keluarga


Suatu waktu saya berkumpul bersama teman-teman saya di Starbucks Metropol. Ada satu fenomena menarik yang saya temukan ketika kami sedang ngumpul. Di dekat tempat kami duduk ada sebuah keluarga kecil yang terdiri dari ayah, ibu, dan kedua anaknya yang berumur kurang dari 10 tahun. Meskipun sedang kumpul bersama, tetapi tampaknya tidak terjadi komunikasi di antara mereka. Mereka sibuk dengan gadgetnya masing-masing. Mereka tertawa, tersenyum, dan menampilkan beragam ekspresi ketika memainkan gadgetnya, tetapi samasekali tidak terjadi komunikasi di antara mereka sendiri. Saya jadi bertanya-tanya di dalam diri saya, apakah dalam pertemuan face to face itu mereka masih memerlukan gadget untuk berkomunikasi satu sama lain? Apakah orang tua kedua anak itu menyadari kehadiran dan keadaan anak-anaknya, atau sebaliknya sang anak menyadari kehadiran orang tuanya? Ataukah mungkin sang istri tidak tahu kalau suaminya sedang berkomunikasi dengan selingkuhannya? Itulah kira-kira beragam pertanyaan yang muncul di dalam diri saya ketika melihat keadaan (anggota) keluarga itu yang tampaknya bersama tetapi sebenarnya berada dalam kesendirian.
Fenomena ini tentu bukanlah sebuah hal baru di dalam keluarga-keluarga zaman ini. Perkembangan teknologi, khususnya di bidang komunikasi dan informasi, sudah tentu membawa dampak bagi relasi manusia dengan sesamanya, termasuk komunikasi di dalam keluarga. Perkembangan ini bagai dua sisi mata uang. Di satu sisi, jika digunakan secara bijak maka akan sangat membantu kehidupan manusia, terutama dalam hal relasi, komunikasi, akses informasi, dsb. Akan tetapi di sisi lain, jika tidak digunakan secara bijak maka sudah tentu penggunaan alat-alat komunikasi ini justru membawa kita kepada kebinasaan.
Contoh positif dari perkembangan teknologi komunikasi dan informasi misalanya dalam hal pengiriman pesan. Jika dulu untuk menyampaikan pesan kepada kerabat kita yang tinggal jauh kita harus menggunakan surat yang memakan waktu berhari-hari, atau bahkan berminggu-minggu, kini dengan adanya telpon seluler pengiriman pesan bisa dilakukan secara cepat. Sedangkan contoh negatifnya adalah timbulnya kecanduan dalam penggunaan media-media komunikasi tersebut, seperti kecanduan dalam menggunakan facebook, twitter, dsb.
Kepemilikan alat-alat komunikasi pada setiap anggota keluarga tidak dapat dipungkiri menjadi pendukung terciptanya sikap individualitas di dalam keluarga. Masing-masing anggota keluarga sibuk dengan alat komunikasinya, menghabiskan waktu berjam-jam untuk berkomunikasi dengan teman-temannya di dunia maya, berbisnis melalui dunia maya, mencari hiburan dengan bermain game online, atau juga melakukan beragam aktivitas lainnya lewat alat-alat komunikasi tersebut. Namun satu yang mereka lupakan, yaitu kehadiran sesama di dunia nyata. Ada benarnya pernyataan ini “internet mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat”. Seorang anak dapat saja mengetahui apa yang sekarang sedang dilakukan artis idolanya yang berada di belahan dunia lain, tetapi dia tidak tahu kalau pada saat yang sama ibunya sedang bingung memikirkan uang sekolahnya.
Setiap anggota keluarga tentu tidak ingin komunikasi di antara mereka menjadi rusak karena penyalahgunaan alat-alat komunikasi yang semestinya menjadi perekat hubungan mereka. Misalnya saja sebagai penghubung antara anggota keluarga yang tinggal berjauhan. Namun sayangnya ketika disalahgunakan alat-alat ini justru hadir sebagai perusak komunikasi di dalam keluarga. Untuk itu perlu dibangun kembali kesadaran pada diri setiap anggota keluarga dalam menjaga kehidupan komunikasi di antara mereka.
Siapa yang bertanggung jawab atas situasi ini? lantas bagaimana mengatasi problem komunikasi di dalam keluarga yang renggang akibat penyalahgunaan gadget? Sudah pasti setiap anggota keluargalah yang bertanggung jawab dalam menyelesaikan masalah ini, dan untuk mengatasi permasalahan ini, langkah-langkah yang dapat diambil antara lain:
 Pertama hal yang paling penting menurut saya adalah bagaimana di dalam keluarga disediakan waktu bersama. Dalam kesempatan ini setiap anggota keluarga hadir, dan sedapat mungkin penggunaan gadget dalam hal ini dihindari. Waktu bersama ini bisa digunakan untuk bermain, sharing, rekreasi, dsb. Melalui waktu bersama ini bisa dipastikan komunikasi terjalin secara lebih intensif. Orang tua dapat mengetahui kebutuhan sang anak secara lebih baik, sang istri dapat memahami kondisi sang suami di tempat kerjanya, atau sebaliknya sang suami juga dapat lebih memahami kondisi sang istri dalam pekerjaannya.
Kedua setiap anggota keluarga hendaknya bersedia untuk dengan sabar saling mendengarkan. Dengan sikap seperti ini bisa dipastikan bahwa setiap anggota keluarga tidak takut untuk menyampaikan kebutuhan-kebutuhannya, mensharingkan pergulatan/masalah yang ia hadapai, atau dengan kata lain setiap anggota keluarga dengan berani dan terbuka menyampaikan isi hatinya. Hal ini dirasa penting sebab tidak jarang dijumpai bahwa ada orang yang merasa lebih nyaman mengutarakan isi hatinya melalui media sosial, entah berupa status di facebook, atau dengan chatting bersama temannya di dunia maya yang keberadaannya tidak dapat dipastikan, ketimbang menyampaikannya keluh kesahnya kepada anggota keluarganya.
Di samping itu, dalam kaitan dengan pembentukkan karakter anak, di sini orang tua memiliki tanggung jawab yang besar, dan karena itu kehadirannya sangat dibutuhkan. Apa saja yang perlu dilakukan orang tua?
Orang tua perlu mengawasi anak dalam menggunakan alat-alat komunikasi, dan terutama dalam mengakses informasi, agar anak menggunakan media-media komunikasi tersebut secara benar, bukan hanya sebagai media permainan tetapi juga sebagai media pembelajaran. Juga agar segala jenis informasi yang diakses anak dapat disesuaikan dengan jenjang usianya. Selain itu, untuk mengurangi ketergantungan anak pada gadget, orang tua dapat mengajak anak untuk memainkan permainan lain, misalnya saja permainan-permainan fisik di luar rumah. Sebab melalui permainan-permainan ini, selain mengurangi ketergantungan anak pada gadget, juga dapat meningkatkan kreativitas sang anak.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar