Naskah
Laut Mati dan Pengaruhnya Bagi Dunia Kitab Suci
1.
Sejarah
Singkat (Titik Permulaan Penemuan Naskah-Naskah Qumran)
April 1947, Mohamad ed-Di’b, seorang
Bedouin dari suku Taamireh, secara tak sengaja menemukan tujuh gulungan naskah
Qumran. Tujuh gulungan yang ditemukan itu pada awalnya dibagi ke dalam dua
peti. Peti pertama yang berisi empat gulungan kemudian dibeli oleh Mar
Athanasius Teshue Samuel, seorang uskup agung Gereja Ortodoks Syria di
Yerusalem. Sementara peti lainnya yang berisi tiga gulungan dibeli oleh E.Y.
Sukenik, seorang sarjana dari Hebrew University. Ketujuh gulungan yang
mula-mula ditemukan tersebut adalah Piagam Perkumpulan Sektarian Yahudi,
Hikayat Para Bapa Bangsa, Lagu Pujian Syukur, Komentar atas Habakuk, Gulungan
Perang, dan dua salinan kitab Nabi
Yesaya,
Pada tahun 1955, seorang agen dari
Israel membayar $ 250.000 kepada Samuel untuk keempat gulungan yang ada
padanya, dan kemudian keempat gulungan tersebut disatukan dengan ketiga
gulungan lain yang ada pada Sukenik. Sekarang ketujuh gulungan tersebut
dipamerkan di museum Shrine of the Book di Yerusalem. Masih pada tahun 1955,
kaum Bedouin kembali menemukan Sembilan gua lain yang mengandung berbagai
gulungan yang sama kunonya. Sebuah gua ditemukan lagi pada tahun 1956. Sehingga
jumlah keseluruhan gua kini menjadi sebelas, dan kesebelas gua tersebut
seluruhnya berada di sekitar Wadi Qumran, di dekat ujung barat-laut Laut Mati.
2.
Isi
Naskah Laut Mati
Seluruh gulungan naskah
laut mati, dengan beberapa pengecualian kecil, merupakan teks religius orang
Yahudi. Gulungan-gulungan tersebut merupakan kumpulan manuskrip Perjanjian Lama
tertua yang pernah ditemukan, setidak-tidaknya seribu tahun lebih tua daripada
berbagai teks Ibrani tradisional dari periode awal abad pertengahan, yang
dijadikan landasan bagi semua terjemahan Alkitab sekarang ini. Berbagai tulisan
religius ini terbagi menjadi dua jenis, yakni biblis dan bukan biblis.
Teks-teks biblis merupakan salinan dari Alkitab Ibrani dan mengisi hampir
sekitar seperempat dari jumlah keseluruhan gulungan yang ada, yakni salinan
dari tiap-tiap kitab di dalam Alkitab orang Yahudi, kecuali kitab Ester.
Sedangkan teks-teks bukan biblis merupakan salinan-salinan teks religius yang
tidak ditemukan dalam Alkitab, seperti Yubileum, 1 Henokh, dan Kesaksian Dua
Belas Bapa Bangsa.
3.
Sumbangan
Naskah Laut Mati Bagi Dunia Kitab Suci
·
Sebelum penemuan naskah-naskah Laut Mati
banyak ahli yang meragukan akan banyaknya teks kitab suci yang ditulis dalam
bahasa Aram. Namun setelah penemuan naskah-naskah Laut Mati ini semua anggapan
tersebut dijungkirbalikkan, sebab sebagian dari teks-teks kitab suci yang
ditemukan itu ditulis dalam bahasa Aram, bahasa yang dianggap sebagai bahasa
yang tidak produktif, meskipun sebagian besar teks yang ditemukan tersebut
merupakan teks berbahasa Ibrani. Selain itu, sebagian teks yang ditemukan itu
juga ditulis dalam bahasa Yunani. Hal ini setidaknya memberikan kita gambaran
mengenai keadaan sosiolinguistik dalam masyarakat Yahudi abad pertama, yakni
penggunaan bahasa Ibrani, Aram, dan Yunani yang digunakan baik dalam bahasa
lisan maupun tulisan.
·
Penemuan naskah Laut Mati juga
menunjukkan kepada kita sisi Ilahi dan sisi insani dalam penulisan Kitab Suci,
yakni bagaimana Allah bekerja melalui diri manusia dalam penulisan dan
penyalinan Kitab Suci. Adalah sesuatu yang luar biasa sebab dalam seribu tahun
hampir tidak terdapat perubahan yang penting dalam teks-teks tersebut yang dari
generasi ke generasi disalin dengan tangan. Selain itu, penemuan naskah Laut
Mati ini juga menunjukkan kepada kita bentuk naskah yang lebih tua dari naskah
Kitab Suci yang pernah ditemukan.
·
Dari teks-teks Laut Mati ini kita juga
dapat melihat adanya beberapa persamaan antara komunitas Qumran dengan jemaat
Kristen awal. Kedua kelompok ini sama-sama muncul dari jemaat Yahudi yang sama
dan Kitab suci yang sama yakni Kitab Suci Perjanjian Lama. Selain itu dari penemuan teks-teks Laut Mati ini kita juga
mendapat gambaran mengenai konsep “guru kebenaran” yang dipercayai oleh
komunitas Qumran yang dalam keyakinan umat Kristen terwujud dalam pribadi Yesus
Kristus sebagai seorang Mesias. Dari teks-teks Laut Mati ini kita juga dapat
melihat adanya konsep tentang akhir zaman
yang dipercayai oleh komunitas Qumran akan segera datang. Hal yang sama juga
nampak dalam beberapa teks perjanjian baru seperti dalam injil Yohanes.
Meskipun kita tidak dapat serta-merta mengatakan bahwa injil Yohanes
dipengaruhi oleh ajaran komunitas Qumran, tetapi paling tidak ada kemungkinan
bahwa karangan antara keduanya berasal dari aliran yang sama yang ada di
Palestina saat itu.
Daftar Pustaka
Tuinstra, E.W. Naskah-Naskah dari Laut Mati. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1982
Wise, Michael.dkk. Naskah Laut Mati (diterjemahkan oleh Sunardi, Dono F.X). Jakarta: Serambi, 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar