Minggu, 15 Februari 2015

dead sea scroll

Naskah Laut Mati dan Pengaruhnya Bagi Dunia Kitab Suci

1.        Sejarah Singkat (Titik Permulaan Penemuan Naskah-Naskah Qumran)
April 1947, Mohamad ed-Di’b, seorang Bedouin dari suku Taamireh, secara tak sengaja menemukan tujuh gulungan naskah Qumran. Tujuh gulungan yang ditemukan itu pada awalnya dibagi ke dalam dua peti. Peti pertama yang berisi empat gulungan kemudian dibeli oleh Mar Athanasius Teshue Samuel, seorang uskup agung Gereja Ortodoks Syria di Yerusalem. Sementara peti lainnya yang berisi tiga gulungan dibeli oleh E.Y. Sukenik, seorang sarjana dari Hebrew University. Ketujuh gulungan yang mula-mula ditemukan tersebut adalah Piagam Perkumpulan Sektarian Yahudi, Hikayat Para Bapa Bangsa, Lagu Pujian Syukur, Komentar atas Habakuk, Gulungan Perang, dan dua salinan kitab Nabi Yesaya,
Pada tahun 1955, seorang agen dari Israel membayar $ 250.000 kepada Samuel untuk keempat gulungan yang ada padanya, dan kemudian keempat gulungan tersebut disatukan dengan ketiga gulungan lain yang ada pada Sukenik. Sekarang ketujuh gulungan tersebut dipamerkan di museum Shrine of the Book di Yerusalem. Masih pada tahun 1955, kaum Bedouin kembali menemukan Sembilan gua lain yang mengandung berbagai gulungan yang sama kunonya. Sebuah gua ditemukan lagi pada tahun 1956. Sehingga jumlah keseluruhan gua kini menjadi sebelas, dan kesebelas gua tersebut seluruhnya berada di sekitar Wadi Qumran, di dekat ujung barat-laut Laut Mati.

2.      Isi Naskah Laut Mati
Seluruh gulungan naskah laut mati, dengan beberapa pengecualian kecil, merupakan teks religius orang Yahudi. Gulungan-gulungan tersebut merupakan kumpulan manuskrip Perjanjian Lama tertua yang pernah ditemukan, setidak-tidaknya seribu tahun lebih tua daripada berbagai teks Ibrani tradisional dari periode awal abad pertengahan, yang dijadikan landasan bagi semua terjemahan Alkitab sekarang ini. Berbagai tulisan religius ini terbagi menjadi dua jenis, yakni biblis dan bukan biblis. Teks-teks biblis merupakan salinan dari Alkitab Ibrani dan mengisi hampir sekitar seperempat dari jumlah keseluruhan gulungan yang ada, yakni salinan dari tiap-tiap kitab di dalam Alkitab orang Yahudi, kecuali kitab Ester. Sedangkan teks-teks bukan biblis merupakan salinan-salinan teks religius yang tidak ditemukan dalam Alkitab, seperti Yubileum, 1 Henokh, dan Kesaksian Dua Belas Bapa Bangsa.

3.        Sumbangan Naskah Laut Mati Bagi Dunia Kitab Suci
·           Sebelum penemuan naskah-naskah Laut Mati banyak ahli yang meragukan akan banyaknya teks kitab suci yang ditulis dalam bahasa Aram. Namun setelah penemuan naskah-naskah Laut Mati ini semua anggapan tersebut dijungkirbalikkan, sebab sebagian dari teks-teks kitab suci yang ditemukan itu ditulis dalam bahasa Aram, bahasa yang dianggap sebagai bahasa yang tidak produktif, meskipun sebagian besar teks yang ditemukan tersebut merupakan teks berbahasa Ibrani. Selain itu, sebagian teks yang ditemukan itu juga ditulis dalam bahasa Yunani. Hal ini setidaknya memberikan kita gambaran mengenai keadaan sosiolinguistik dalam masyarakat Yahudi abad pertama, yakni penggunaan bahasa Ibrani, Aram, dan Yunani yang digunakan baik dalam bahasa lisan maupun tulisan.
·           Penemuan naskah Laut Mati juga menunjukkan kepada kita sisi Ilahi dan sisi insani dalam penulisan Kitab Suci, yakni bagaimana Allah bekerja melalui diri manusia dalam penulisan dan penyalinan Kitab Suci. Adalah sesuatu yang luar biasa sebab dalam seribu tahun hampir tidak terdapat perubahan yang penting dalam teks-teks tersebut yang dari generasi ke generasi disalin dengan tangan. Selain itu, penemuan naskah Laut Mati ini juga menunjukkan kepada kita bentuk naskah yang lebih tua dari naskah Kitab Suci yang pernah ditemukan.
·           Dari teks-teks Laut Mati ini kita juga dapat melihat adanya beberapa persamaan antara komunitas Qumran dengan jemaat Kristen awal. Kedua kelompok ini sama-sama muncul dari jemaat Yahudi yang sama dan Kitab suci yang sama yakni Kitab Suci Perjanjian Lama. Selain itu dari  penemuan teks-teks Laut Mati ini kita juga mendapat gambaran mengenai konsep “guru kebenaran” yang dipercayai oleh komunitas Qumran yang dalam keyakinan umat Kristen terwujud dalam pribadi Yesus Kristus sebagai seorang Mesias. Dari teks-teks Laut Mati ini kita juga dapat melihat adanya konsep tentang akhir zaman yang dipercayai oleh komunitas Qumran akan segera datang. Hal yang sama juga nampak dalam beberapa teks perjanjian baru seperti dalam injil Yohanes. Meskipun kita tidak dapat serta-merta mengatakan bahwa injil Yohanes dipengaruhi oleh ajaran komunitas Qumran, tetapi paling tidak ada kemungkinan bahwa karangan antara keduanya berasal dari aliran yang sama yang ada di Palestina saat itu.



Daftar Pustaka
Tuinstra, E.W. Naskah-Naskah dari Laut Mati. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1982
Wise, Michael.dkk. Naskah Laut Mati (diterjemahkan oleh Sunardi, Dono F.X). Jakarta:    Serambi, 2008
   



Tidak ada komentar:

Posting Komentar