Selasa, 16 September 2014

Penyembahan Berhala



Penyembahan berhala pada dasarnya merupakan tindakan manusia yang memposisikan benda mati, sebagaimana yang mereka imajinasikan, sebagai sesuatu yang bernyawa, berdaya, dan memiliki kuasa yang melampaui kekuatan manusia, serta dapat mengendalikan keseluruhan realitas kehidupan manusia.
Berhala yang disembah bangsa Israel umumnya hanyalah sepotong kayu atau sebongkah batu yang diukir tangan manusia dan tidak memiliki kuasa sendiri, serta pada umumnya berbentuk patung ukiran dan patung tuangan yang dibuat dengan menuang logam ke dalam tuangan dan membentuknya dengan suatu alat (Kel.32:2,24).
Dalam sejarah kehidupan beriman bangsa Israel pada Perjanjian Lama, dosa penyembahan berhala dapat dikategorikan sebagai salah satu dosa yang sering dipraktikkan. Meskipun berkali-kali ditegur Allah, tetapi dalam sejarahnya berulang kali bangsa Israel jatuh dalam dosa ini. Kisah penyembahan berhala pertama yang dilakukan oleh seluruh umat Israel adalah penyembahan terhadap patung lembu emas ketika Musa berada di Gunung Sinai (Kel 32:1-6). Sepanjang zaman para Hakim bangsa Israel pun berkali-kali jatuh pada dosa penyembahan berhala, begitu juga ketika zaman para Raja. Hanya setelah masa pembuangan ke Babel penyembahan berhala berhenti dilakukan.
Para nabi dan pemazmur paling keras dalam menentang praktik penyembahan berhala. Samuel menyebut berhala sebagai dewa kesia-siaan (1Sam 12:21), sedangkan Yesaya menyebut berhala sebagai buatan tangan manusia belaka (Yes.2:8). Demikian juga pemazmur yang mengecam hidup para penyembah berhala akan sama sia-sianya dengan berhala yang  ia sembah (Mzm. 115:8).
Ada beberapa faktor yang menyebabkan mengapa bangsa Israel melakukan praktik penyembahan berhala. Pertama, bangsa Israel dikelilingi oleh bangsa-bangsa kafir yang menyembah lebih dari satu Allah. Bagi mereka penyembahan terhadap banyak Allah lebih unggul dibandingkan penyembahan hanya kepada satu Allah. Kedua, dewa-dewa yang diyakini bangsa-bangsa lain tidak menuntut praktik moral yang tinggi sebagaimana seperti yang dituntut oleh Allah bangsa Israel. Upacara-upacara keagamaan pada bangsa-bangsa kafir yang meliputi tindakan-tindakan asusila di dalamnya dianggap lebih menarik oleh bangsa Israel, sehingga kemudian mereka memilih beralih dari Allah yang telah membebaskan mereka dari perbudakan di tanah Mesir kepada allah-allah bangsa lain.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar