Penyembahan berhala
pada dasarnya merupakan tindakan manusia yang memposisikan benda mati,
sebagaimana yang mereka imajinasikan, sebagai sesuatu yang bernyawa, berdaya,
dan memiliki kuasa yang melampaui kekuatan manusia, serta dapat mengendalikan
keseluruhan realitas kehidupan manusia.
Berhala yang disembah bangsa Israel umumnya hanyalah sepotong kayu atau sebongkah batu yang diukir
tangan manusia dan tidak memiliki kuasa sendiri, serta pada
umumnya berbentuk patung ukiran dan patung tuangan yang
dibuat dengan menuang logam ke dalam tuangan dan membentuknya dengan suatu alat
(Kel.32:2,24).
Dalam sejarah kehidupan beriman bangsa Israel pada Perjanjian Lama, dosa penyembahan berhala dapat
dikategorikan sebagai salah satu dosa yang sering dipraktikkan. Meskipun
berkali-kali ditegur Allah, tetapi dalam sejarahnya berulang kali bangsa Israel
jatuh dalam dosa ini. Kisah penyembahan berhala pertama yang dilakukan oleh
seluruh umat Israel adalah penyembahan terhadap patung lembu emas ketika Musa
berada di Gunung Sinai (Kel 32:1-6). Sepanjang zaman para Hakim bangsa Israel pun berkali-kali jatuh pada dosa penyembahan berhala, begitu juga ketika zaman para Raja. Hanya setelah masa pembuangan ke
Babel penyembahan berhala berhenti dilakukan.
Para nabi dan pemazmur paling keras dalam menentang praktik penyembahan
berhala. Samuel menyebut berhala sebagai dewa kesia-siaan (1Sam 12:21),
sedangkan Yesaya menyebut berhala sebagai buatan tangan manusia belaka
(Yes.2:8). Demikian juga pemazmur yang mengecam hidup para penyembah berhala
akan sama sia-sianya dengan berhala yang ia
sembah (Mzm. 115:8).
Ada beberapa faktor yang menyebabkan mengapa bangsa Israel melakukan
praktik penyembahan berhala. Pertama, bangsa
Israel dikelilingi oleh bangsa-bangsa kafir yang menyembah lebih dari satu
Allah. Bagi mereka
penyembahan terhadap banyak Allah lebih unggul dibandingkan penyembahan hanya
kepada satu Allah. Kedua, dewa-dewa
yang diyakini bangsa-bangsa lain tidak menuntut praktik moral yang tinggi
sebagaimana seperti yang dituntut oleh Allah bangsa Israel. Upacara-upacara keagamaan pada
bangsa-bangsa kafir yang meliputi
tindakan-tindakan asusila di dalamnya dianggap lebih menarik oleh bangsa Israel, sehingga kemudian mereka memilih beralih dari Allah yang telah membebaskan
mereka dari perbudakan di tanah Mesir kepada allah-allah bangsa lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar