Rabu, 18 Januari 2017

Hiasan Kepala Wanita (1 Kor. 11: 2-16)


Teks ini sering disalahpahami sebagai teks yang berbicara tentang sikap dan penampilan wanita dalam berliturgi. Hal ini kurang tepat. Lebih tepat apabila teks ini dipahami sebagai komentar Paulus mengenai penampilan yang tepat bagi pria dan wanita dalam berdoa dan bernubuat (ay. 4 dan 5). Banyak problem dalam kehidupan jemaat di Korintus muncul sebagai akibat dari sikap meremehkan dan acuh tak acuh terhadap hal-hal fisik dan kelakuan yang baik, padahal sikap remeh dan acuh tak acuh terhadap hal-hal fisik ini dapat mengantar kepada pelecehan yang lebih serius atas kewibawaan dan kebebasan Krtisten, serta merusak tujuan sesungguhnya dari tindakan liturgi dan ibadat. Paulus juga mendorong umat Korintus untuk menghargai perbedaan seks. Tindakan menolak perbedaan ini oleh Paulus dianggap sebagai tindakan menolak tatanan yang dimaksudkan Allah dalam menciptakan pria dan wanita.
Ayat 2 merupakan awal dari bagian ini. Dalam hal ini Paulus menggunakan cara yang khusus, sebab dalam hal ini Paulus tidak langsung menyalahkan umat di Korintus akan kesalahan yang mereka buat, melainkan Paulus mengawali surat ini dengan pujian. Melalui kata aku harus memuji kamu, Paulus tidak mengabaikan kemungkinan untuk memuji apa yang patut dipuji dari jemaat di Korintus, dalam hal ini Paulus memuji mereka sebab mereka setia berpegang pada ajaran moral dan doktrin yang diteruskan Paulus kepada mereka. Dalam kasus ini jemaat Korintus bertumbuh secara pesat, dan karenanya mereka dituntut untuk menentukan batas-batas dan standar perilaku mereka. Akan tetapi mereka gagal dalam menjaga keseimbangan ini. Jemaat Korintus menyalahgunakan kebebasan mereka sebagai orang Kristen. Beberapa wanita Kristen dalam jemaat berdoa dan bernubuat dalam ibadat publik tanpa penutup kepala.
Ay.3 dalam teks ini memiliki kaitan dengan ay.11 dan 12. Pokok dalam ay. 3 adalah “semua berasal dari Allah” yang adalah asal mula seluruh kehidupan, bukan tentang perbedaan peranan, sebab pria dan wanita meimiliki peranan yang sama yaitu berdoa dan bernubuat. Dalam ay. 3 tertulis Kristus adalah kepala dari setiap laki-laki. Hal ini memiliki relevansi besar bagi umat Kristen yang baru, menjadi pemisah antara kesetiaan kepada keluarga dan kepada Kristus. Dalam sistem resmi Romawi, hanya pria paling tua yang diakui dalam keluarga (yaitu kepala), sebab ia yang mengambil keputusan domestik, finansial, dan legal di dalam keluarga, merancang perkawinan, dan menentukan pilihan religius di dalam keluarga untuk berpartisipasi di dalam penyembahan dan persembahan kepada leluhur. Begitu juga dengan tradisi Yunani, meskipun tidak seketat tradisi Romawi, tetap saja menghalangi pertumbuhan seorang anak menjadi manusia yang penuh. Oleh karena itu, Kristus sebagai kepala adalah berita baik untuk mereka yang merasa tertekan dengan tradisi pagan.
Kata kepala dalam peristilahan Latin dan Yunani berarti “sumber”, “awal”. Laki-laki harus melihat Kristus sebagai sumber kelahirannya yang baru, dan kesetiaan mereka yang esensial tertuju kepada Kristus. Sedangkan kata kepala dalam frasa laki-laki sebagai kepala wanita tidak berarti sebuah metafora dari otoritas, melainkan sebagai sebuah “sumber” atau “titik mula”. Hal ini merujuk pada Hawa yang berasal dari Adam (ay. 8, 12). Bagian terakhir dari ay. 3 menetapkan Allah sebagai kepala Kristus. Secara logis frasa ini mau menunjukkan bahwa Bapa sebagai sumber, mengirim Puteranya, Putera sebagai sumber setiap laki-laki, dan laki-laki sebagai sumber bagi wanita. Selanjutnya terdapat dua kalimat simetris dalam ay 4-5a: laki-laki dan perempaun, kepala yang bertudung dan tidak bertudung selama berdoa dan bernubuat, dan dalam kasus ini adalah sesuatu yang tercela.
Ay. 5b-6 menampilkan problem yang ada dalam jemaat Korintus, yakni para wanita yang tidak menudungi kepalanya. Urusan pengaturan rambut dan penutupnya menjadi isu penting bagi status dan kehormatan seorang wanita saat itu, dan hiasan kepala yang benar menjadi sangat penting di masa-masa transisi. Masyarakat Yunani membenci wanita yang tidak menutupi kepalanya saat berdoa dan bernubuat. Rambut yang tidak diikat menjadi ciri khas para wanita yang menyembah Dyonisos. Para wanita ini disebut “maenad” (mad ones). Ada indikasi bahwa wanita-wanita Kristen yang berdoa dan bernubuat tanpa menudungi kepalanya adalah bekas “maenad” yang masih membawa kebiasaan pemujaan mereka terhadap Dyonisos ke dalam ibadah Kristen. Dalam kasus tertentu rambut yang tidak diikat memiliki arti “keliaran”, wanita yang tak beradab, dan pelacur. Hal inilah yang kiranya dikecam Paulus.
Ay. 7-12 menggunakan cerita penciptaan dari Kejadian 2. Laki-laki diciptakan oleh Allah, dan perempuan berasal dari laki-laki, laki-laki (bukan perempuan) secara langsung adalah “sinar dan gambaran Allah” (ay.7). Urutan tatanannya adalah; wanita, laki-laki, Allah (ay. 12), dan di sini Kristus tidak disebut. Dalam ay. 8-9 Paulus mengelaborasi gagasan ini, dan pada ay. 10 ia menerapkannya pada kerudung. Akan tetapi pada ay. 11 (dan ay. 12) koreksi dimasukkan: wanita dan pria adalah sama (bdk. Bab 7); mereka saling membutuhkan satu sama lain. Meskipun referensinya masih pada kisah penciptaan- dan bukan pada “ciptaan baru” seperti pada Gal. 3:28- elemen Kristologi dimasukkan dalam ay. 11: “dalam Tuhan”.
Interpretasi atas ay. 10 masih belum bisa ditentukan. Mungkin ay. 10 bisa dipahami demikian: seorang wanita harus memiliki (tanda) kewibawaan (=kerudung) pada kepalanya. Kerudung menunjukkan bahwa ia berada di bawah wewenang suaminya. Sedangkan frasa “karena para malaikat” mungkin menunjukkan kehadiran para malaikat (dalam penyembahan) yang menuntut perilaku yang layak, atau juga diartikan sebagai para malaikat dalam kisah Kej. 6:1-4, yakni para malaikat yang turun ke bumi karena tergoda oleh kecantikan para wanita. Jika dihubungkan dengan kisah Kej. 6:1-4, maka bisa ditafsirkan bahwa apa yang dimaksud Paulus ialah jika wanita tidak menutupi kepalanya ketika berdoa dan bernubuat, maka ia tidak memiliki perlindungan dari serangan para malaikat jahat. Penutup kepalanya adalah “kuasanya” atas para malaikat jahat itu.
   Ay. 13-15 berbicara tentang kodrat. Dalam ay. 13 Paulus menyela alasannya dan menyerukan kepada jemaat Korintus: “pertimbangkanlah sendiri”; pertimbangkan “apa yang baik bagi seorang wanita”. Laki-laki (memalukan apabila berambut panjang) dilawankan dengan wanita (rambut panjang adalah “kemuliaannya” dan juga berfungsi sebagai kerudungnya, ay. 14-15). Beberapa ekseget lain berpandangan bahwa di dalam keseluruhan teks Paulus tidak berbicara tentang kepala yang ditutupi dan yang tidak ditutupi, melainkan mengenai rambut yang diikat dan yang tidak diikat (dan beberapa berargumen mengenai kecenderungan homoseksual). Rambut panjang bagi wanita menjadi pembeda dengan para wanita tunasusila atau lesbian yang memendekkan rambutnya. Mencukur kepala bagi wanita juga menunjukkan hukuman yang diberikan kepada wanita tunasusila.  
   Ay. 16 menunjukkan otoritas apostolik Paulus dan kebiasaan di gereja-gereja lain. Paulus tidak menerima jika ada wanita yang tidak menutupi kepalanya ketika berdoa dan bernubuat. Paulus menganggap tindakan para wanita yang berdoa tanpa penutup kepala merupakan tindakan para wanita yang penuh nafsu birahi. Bagi Paulus tidak ada tempat bagi mereka yang ingin membantahnya, sebab bukan kebiasaannya dan jemaat-jemaat Allah untuk saling berselisih. Interpretasi lain, Paulus begitu yakin dengan pesannya, sehingga pesannya ini tidak perlu diperdebatkan. Apa yang disampaikan di sini hanya berkaitan dengan perilaku jemaat, Paulus bukan sedang bertengkar, dan karena itu ia tidak ingin memperdebatkannya. Paulus tidak mengkehendaki sesuatu yang spesial dari jemaat Korintus, apa yang ia minta dari mereka sama seperti halnya yang ia minta dari seluruh jemaat (7:17; 14:33). Paulus tidak ingin jemaat wanita Korintus berpikir apa yang Paulus minta kepada mereka tidak ia minta kepada jemaat lainnya.
Tindakan umat Korintus yang kelihatannya sepele ternyata ditanggapi secara serius oleh Paulus, bukan karena tingkah laku jemaat wanita di Korintus menimbulkan kekacauan di dalam komunitas jemaat, melainkan karena mereka melecehkan tatanan ciptaan Allah. Kepada para wanita yang tidak menutupi kepalanya Paulus tidak memberikan perintah khusus untuk melakukan sesuatu, tetapi Paulus mengajarkan bahwa wanita disalahkan apabila dalam beberapa hal mengabaikan perbedaan mereka dengan para pria, termasuk perbedaan di dalam Gereja. Teguran ini tepat untuk segala keadaan, bahkan apabila seseorang mengklaim jika apa yang disampaikan Paulus ini tidak merujuk pada perilaku publik, melainkan perihal pelayanan di rumah.

Daftar Pustaka
Catherine Clark Kroeger & Mary J. Evans (ed.) The IVP Women’s Bible Commentary. InterVarsity Press: Illinois 2002.
Dianne Bergant, CSA & Robert J. Karris, OFM (ed.), A.S Hadiwiyata (trans.). Tafsir Alkitab Perjanjian Baru. Kanisius: Yogyakarta. 2002.
F.W. Grosheide. The New International Commentary on The New Testament: The First Epistle to The Corinthians. Eermands Printing Company: Michigan. 1953.
Farmer, R. William, dkk (ed.). The International Bible Commentary. The Liturgical Press: Collegeville, Minnesota. 1998.
Matthew Black, dkk (ed.). Peake’s Commentary nn The Bible. T. Nelson: California. 1962.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar