Perjanjian (berit,
Ibr.) merupakan kesepakatan antara dua orang (atau kelompok) atau lebih demi
memperjelas relasi di antara mereka.Ungkapan bahasa Ibrani untuk membuat
perjanjian adalah “memotong” perjanjian. Mungkin ini menunjuk kepada praktik
memotong seekor hewan kurban menjadi dua bagian dan kemudian pihak yang
mengadakan perjanjian berjalan di antara kedua bagian itu sebagai ungkapan kesetiaan
kepada perjanjian (Kej.15:7-21, Yer. 34:18-19). Perjanjian biasanya diakhiri
dengan makan bersama (Kej.26:26-31), memberikan sesuatu sebagai kenang-kenangan
(1Sam.18:3-4), mendirikan sebuah timbunan batu sebagai peringatan (Kej.31:43-55),
melepaskan sandal sebelah dan memberikannya kepada orang lain (Rut.4:7-8), atau
berjabat tangan saja (2Raj. 10:15). Perjanjian dimaksudkan untuk membangun
kesetiaan di antara pihak-pihak terkait. Melanggar perjanjian merupakan suatu
perkara serius.
Dalam Perjanjian Lama (PL) ditemukan beberapa kisah perjanjian
antara Allah dengan manusia. Setelah peristiwa air bah Allah mengadakan
perjanjian dengan Nuh (Kej.9:9-17). Perjanjian antara Allah dengan Nuh
merupakan perjanjian yang unik sebab yang terlibat dalam perjanjian tersebut
bukan hanya Allah dan Nuh, tetapi juga meliputi ciptaan lain. Tanda perjanjian dalam
kisah tersebut adalah busur Allah yang ditaruh di langit (pelangi, Kej.9:12-15).
Kisah mengenai perjanjian juga dapat ditemukan dalam kisah
Abraham. Terhadap Abraham Allah menjanjikan tiga hal, yaitu tanah (Kej. 15:7,18;17:6-8),
keturunan (Kej. 15:8, 18; 17:6-8), dan berkat (Kej. 12:3). Berbeda dengan
perjanjian Nuh, dalam kisah Abraham yang terikat pada perjanjian ini hanyalah
Allah dengan Abraham beserta keturunannya.Sunat (Namal, Ibr.) menjadi tanda dalam perjanjian ini (Kej.17:10).
Perjanjian lain yang dapat dilihat dalam PL adalah Perjanjian
Sinai. Ini merupakan perjanjian antara Allah dengan bangsa Israel sebagai
bangsa pilihan. Pengangkatan bangsa Israel sebagai bangsa pilihan bukanlah
karena kehebatan bangsa Israel, tetapi semata-mata karena kemurahan hati Allah
(Kel.2:25; Ul.4:37). Dalam kisah ini yang terlibat dalam perjanjian adalah
Allah dan bengsa Israel, dan pelaksanaan hukum sabat menjadi tanda perjanjian
antara Allah dan bangsa Israel (Kel.19:5,24:7-8).
Terakhir adalah perjanjian antara Allah dengan Daud.
Perjanjian antara Allah dengan Daud berciri mesianik.Dalam 2Sam 23:5, Daud
sendiri berbicara mengenai "suatu perjanjian kekal" yang dibuat Allah
dengan dirinya. “Perjanjian kekal” yang dimaksud mengacu kepada 2Sam. 7:1-16.
Perjanjian ini memberi pengharapan kepada bangsa Israel akan kedatangan seorang
Mesias (Mzm 89:3-5, 36-37, 132:11; Yes. 11:1-2, 10).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar