Selasa, 12 Mei 2015

Perjanjian dalam Perjanjian Lama




Perjanjian (berit, Ibr.) merupakan kesepakatan antara dua orang (atau kelompok) atau lebih demi memperjelas relasi di antara mereka.Ungkapan bahasa Ibrani untuk membuat perjanjian adalah “memotong” perjanjian. Mungkin ini menunjuk kepada praktik memotong seekor hewan kurban menjadi dua bagian dan kemudian pihak yang mengadakan perjanjian berjalan di antara kedua bagian itu sebagai ungkapan kesetiaan kepada perjanjian (Kej.15:7-21, Yer. 34:18-19). Perjanjian biasanya diakhiri dengan makan bersama (Kej.26:26-31), memberikan sesuatu sebagai kenang-kenangan (1Sam.18:3-4), mendirikan sebuah timbunan batu sebagai peringatan (Kej.31:43-55), melepaskan sandal sebelah dan memberikannya kepada orang lain (Rut.4:7-8), atau berjabat tangan saja (2Raj. 10:15). Perjanjian dimaksudkan untuk membangun kesetiaan di antara pihak-pihak terkait. Melanggar perjanjian merupakan suatu perkara serius.
Dalam Perjanjian Lama (PL) ditemukan beberapa kisah perjanjian antara Allah dengan manusia. Setelah peristiwa air bah Allah mengadakan perjanjian dengan Nuh (Kej.9:9-17). Perjanjian antara Allah dengan Nuh merupakan perjanjian yang unik sebab yang terlibat dalam perjanjian tersebut bukan hanya Allah dan Nuh, tetapi juga meliputi ciptaan lain. Tanda perjanjian dalam kisah tersebut adalah busur Allah yang ditaruh di langit (pelangi, Kej.9:12-15).
Kisah mengenai perjanjian juga dapat ditemukan dalam kisah Abraham. Terhadap Abraham Allah menjanjikan tiga hal, yaitu tanah (Kej. 15:7,18;17:6-8), keturunan (Kej. 15:8, 18; 17:6-8), dan berkat (Kej. 12:3). Berbeda dengan perjanjian Nuh, dalam kisah Abraham yang terikat pada perjanjian ini hanyalah Allah dengan Abraham beserta keturunannya.Sunat (Namal, Ibr.) menjadi tanda dalam perjanjian ini (Kej.17:10).
Perjanjian lain yang dapat dilihat dalam PL adalah Perjanjian Sinai. Ini merupakan perjanjian antara Allah dengan bangsa Israel sebagai bangsa pilihan. Pengangkatan bangsa Israel sebagai bangsa pilihan bukanlah karena kehebatan bangsa Israel, tetapi semata-mata karena kemurahan hati Allah (Kel.2:25; Ul.4:37). Dalam kisah ini yang terlibat dalam perjanjian adalah Allah dan bengsa Israel, dan pelaksanaan hukum sabat menjadi tanda perjanjian antara Allah dan bangsa Israel (Kel.19:5,24:7-8).
Terakhir adalah perjanjian antara Allah dengan Daud. Perjanjian antara Allah dengan Daud berciri mesianik.Dalam 2Sam 23:5, Daud sendiri berbicara mengenai "suatu perjanjian kekal" yang dibuat Allah dengan dirinya. “Perjanjian kekal” yang dimaksud mengacu kepada 2Sam. 7:1-16. Perjanjian ini memberi pengharapan kepada bangsa Israel akan kedatangan seorang Mesias (Mzm 89:3-5, 36-37, 132:11; Yes. 11:1-2, 10).












Tidak ada komentar:

Posting Komentar